Sabtu, 28 Mei 2011
Hati adalah laksana raja bagi seluruh anggota tubuh, ia siap melaksankan apa saja yang dititahkan sang ‘raja’, maka apabila raja yang ada pada diri manusia itu baik, maka baik semualah amalan jiwa dan raga, begitu pula sebaliknya. Dalam hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau menuturkan, “Ketahuilah, didalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak, maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah ia dalah hati” (HR. Bukhari –Muslim)

Maka, benar dan lurusnya sesuatu ada pada hati, karenanya ia adalah perkara yang paling utama untuk mereka yang serius menempuh jalan menuju ridha Allah Subhanahu Wata’ala. Obat riya (ingin dilihat orang) adalah hati, begitu pula sum’ah(ingin didengar orang), kibr(sombong), ujub (bangga pada diri sendiri) dan segala macam penyakit kronis lainnya.
PERTANGGUNGJAWABAN
Setiap pemimpin akan dimintai pertangggungjawabannya, apa ia perbuat dan apa yang ia perintahkan pada bawahannya, karena hati adalah raja, maka ia paling sibuk mengurus uransannya dengan Allah Subhanahu Wata’ala, begitu pula selainNYA. Semuja tunduk pada hati, istiqamah dan maksiat itu ada padanya. “sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. Al Isra:36)
Peranannya amat menentukan kebahagian-kesengsaraan pemiliknya. Hari semua permata dunia diabaikan, harta dan anak-anak tak bermanfaat, berat aatau tidaknya timbangan, tak dinilai banyak sedikitnya harta begitu pula jumlah anak dan pengikut, pangkat dan jabatan. Penilaian ada pada hati yang sehat, sehat agidahnya, sehat ibadahnya dan sehat orientasi hidupnya.
MACAM-MACAM HATI
hati sedikitnya ada tiga tingkatan:
hati yang sehat
hati yang sakit
hati yang mati
pertama, hati yang sehat
hati yang sejuk dibawah naungan ketetapan Penciptanya, berlindung darinya segala macam kesyirikan dan berteduh darinya segala panasnya godaan hawa nafsu. Hati yang sehat adalah hati yang sejalur dengan keinginan dan kehendak Rabbnya, maka ia selamat dari hawa nafsunya. Siapun yang dating menhadap Allah Subhanahu Wata’ala tanpa membawa hati yang sehat maka akan ia celaka, karena ia berseberangan dengan jalur benar. Allah hanya menerima hati yang bening mengalir bersama ihhlas dan hati yang bernaung dibawah rindangnya paying syarat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. “Adalah hari, yang mana harta dan anak-anak tidak bermanfaat, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat.” (QS. Asy Syuara:88-89)
hati yang selamat adalah hati yang terbebas dari syirik dan segala dorongan syahwat, keinginan syaitan dan ajakan hawa nafsu. Terbebas syubhat dunia, berhukum dengan ketetapan Allah Subhanahu Wata’ala ridha atas ketentuanNYA. Cinta-benci, marah-ridha, memberi-menahan diri, itu semua ia lakukan karena Allah Subhanahu Wata’ala. Bakan ia merasa belum cukup sebelum ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk-patuh pada hukum Allah Subhanahu Wata’ala dan RasulNYA. Hatinya telah terikat padanya, hingga tiada ruang dan waktu selain ingin senantiasa berjumpa dengan yang Dikasihi. Kuat tekad berpanutan pada utusan (Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam) yang mulia, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Ia tak akan lancang mendahului panutannya (baik dalam perbuatan maupun perkataan yang bukan dari perkataan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam). Betapa bahagian orang yang menyucikan hati dan betapa malang bagi yang mengotori. “Sungguh telah beruntung bagi orang yang menyucikan (jiwa itu) dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (Asy-Syams:9-10).
hati yang sehat adalah, “kepergiannya” dari dunia menuju negeri akhira. Disana ia tinggal dan seakan-akan menjadi penghuninya. Keberadaannya didunia ini, ibarat orang asing berada dalam perjalanan yang mengambil kebutuhannya, lalu kembali ke negerinya. Kepada Abdullah bin Umar Radiyallahu ‘anhu- Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berpesan, “didunia ini, hendaklah engkau berlaku seperti orang asing atau orang yang dalam perjalanan.”(HR. Bukhari). Ia mengambil seperlunya lalu bersiap menyongsong tempat yang telah dijanjikannya, yakni surge yang kekal dan kenikmatan tiada tara didalamnya. Hati ini lebih dikenal dengan “NafsulMuthmainnah” (al-Fajr:27)
tiada lain daripada sehatnya hati adalah, selalu mengingatkan siempunya, sehingga tunduk patuh pada Rabb-nya. Apbila siempunya lalai, maka seketika itu mengingatkan, tidaklah ketinggalan suatu kewajiban kecuali senantiasa merasa tersiksa, ingin secepatnya bersimpuh kepadaNYa. Demikian pula ketika terperosok dalam jurang maksiat, merasa rugi melebiho ruginya seorang pedagang yang kembali ke keluarganya dengan laba yang besar, namun tiba di rumah, semua keuntungannya raib diambil pencuri.
Kedua, Hati Yang Sakit
Hati yang sakit adalah hati yang berbolak-balik, mudah dipermainkan hawa nafsu bagai bulu ayam ditanah lapang tertiup angin. Paginya stabil namun siangnya labil, malamnya berada dalam ketaatan berbalik siangnya bermaksiat. Hati seperti inilah yang dimaksud hati yang sakit, berbolak-balik dalam perjerjalannya, kadang pasang lalu surut. Apabila ia diobati maka kembali keharibaan Allah Subhanahu Wata’ala namu ia kehabisan ‘cairan’, maka sedikit demi sedikit melanggar aturan Rabbnya. Diantara ‘gizi’ yang baik bagi hati ini adalah, halaqah ta’lim, majelis zikir, tilawah al-Qur’an, sholat malam dan sedekah.
Terkadang, seorang yang terserang penyakit hati, ada yang menyadarinya dan ada pula yang membiarkannya. Lalu Allah Subhanahu Wata’ala menambahkan penyakit itu, “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah Subhanahu Wata’ala menambah penyakit itu, dan mereka mendapatkan azab yang pedih, karena mereka berdusta.” (QS. AlBaqarah:10) kemudian, “setelah itu hatimu mejadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi….” (QS. AlBaqarah:74).
Supaya tidak membatu ia selalu dilembutkan dengan siraman ayat suci alQur’an. Hati ini membutuhkan perawatan intensif, apabila tidak maka ia akan hitam kelam, layu lantas mati, maka merugilah dunia-akhirat. Hati ini biasa disebut “Nafsu Lawwamah” (QS. AlQiyamah:2)
ketiga, hati yang mati
Hati yang mati adalah hati yang sebagaimana yang Allah Subhanahu Wata’ala firmankan, “Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah ditutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat.” (QS. AlBaqarah:7)
Hati macam ini tak mengenal siapa Rabbnya, ia tidak pernah beribadah padaNYA, enggan mengikuti jalanNYA, justru berbenturan segala kebaikan yang ditawarkan Allh Subhanahu Wata’ala. Hati ini sejalur dan searah hawa nafsunya demi setetes kenikmatan duniawi. Ia tak lagi menghiraukan apa yang diridhai oleh Penciptanya. Hati ini yang penting bisa meneguk kelezatan yang ditawarkan oleh musuhnya (setan), sampai tingkat tidak peduli kemurkaan yang telah Menciptakannya. Bagi diri itu, adalah keinginan hawa nafsunya belaka, kemana kaki melangkah kemana hati berkehendak, itu penunjuk jalannya. Ia mestinya masuk ke ‘UGD’ guna mendapat perawatan khusus dari dokter special. Hawa nafsu telah menjadi ‘tuhannya’ digiring kesana-kemari. “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNYA?, dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan menutup penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (menyesatkannya)?. Maka mengapa kalian tidak mengabil pelajaran?”
Lalu masih adakah penyakit yang lebih berbahaya daripada penyakit hati yang mati? Membuat pemiliknya sengsara dunia akhirat, naas nasib tiada pernah merasakan kehangatn kasih sayang Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (NAUDZU BILLAHI MIN DZALIK)
marilah kita selalu panjatkan do’a ini setiap harinya dan lebih utama setelah sholat
ALLAHUMMA YAA MUQALLIBAL QULUUB, TSABBIT QALBY ‘ALA DIINY WA’ALA THA’ATIK

0 komentar:

About Me

Foto Saya
AHMAD ALKANDARY
Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, Indonesia
Lihat profil lengkapku

Daftar Blog Saya



Baca Quran Online




P.pw - Shorten urls and earn money!

silahkan klik untuk mendengarkan murattal

mau baca qur'an? silahkan klik
free counters

yang lagi on now

harga blogku

blog ini berharga$3,947.84betulkah?

Internal Value defaultContent

history tamu agungku

Aqidah

by abu fathur. Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Arsipku